Kamis, 17 Desember 2009

Gonorhea

GONORHEA

By Eny Retna Ambarwati

Penyakit ini paling banyak dijumpai dijajaran penyakit Menular seksual, namun mudah diobati. Tetapi jika terlambat pengobatannya atau kurang tapat penanganannya dapat menimbulkan komplikasi yang fatal, karena dijumpai 30%-50% kasus dengan strain yang resisiten terhadap pengobatan (Penicillinase Producing Neisseria Gonorhoe/PPNG) dan sering infeksi terjadi bersamaan dengan mikroorganisme lain seperti Chlamidia. Gonorea juga bisa menyerang wanita hamil dan dalam kehamilan biasanya dijumpai dalam bentuk menahun.

A. PENYEBAB

1. Infeksi gonorea disebabkan oleh Bakteri Nisseria Gonococcus.

2. Sifat bakteri :

Bakteri mati dalam 1-2 jam pengeringan, bakteri mati dengan uap 55°C selama 5 menit, bakteri mati dengan AgNO3 selama 2 menit

B. PATOFISIOLOGIS

1. Laki-laki.

Uretritis, prostatitis, epididimitis, orchitis, vesikulitis.

2. Wanita.

Bartholinitis, cystitis, salfingitis.

C. GEJALA.

1. Masa inkubasi 2-5 hari

2. Gejala pada pria meliputi :

a. Rasa gatal dan panas diujung kemaluan

b. Rasa sakit saat kencing dan banyak kencing

c. Keluar nanah pada ujung kemaluan kadang bercampur darah

d. Ujung kemaluan merah, membengkak dan menonjol

e. Nyeri waktu ereksi

f. Komplikasi: Prostatitis dapat berlanjut ke epididmitis, orchitis kemudian Vesikulitis

3. Gejala pada wanita

a. Gejala tersembunyi (Carrier) karena yang terkena pertama kali adalah mulut rahim, rasa sakit kurang, genetalia luar tenang.

b. Mengeluarkan keputihan separti nanah

c. Nyeri pada daerah punggung

d. Komplikasi : Bartholinitis, dapat berlanjut ke Cystitis kemudian salfingitis

D. THERAPI

1. Pada individu dan ibu hamil diberikan salah satu antibiotika dibawah ini:

a. Ampisilin 2 gram IV dosis awal lanjutkan dengan 3x1 gram oral selama 7hari

b. Ampisilin + Sulbaktam 2,25 gram oral dosis tunggal

c. Spektinomisin 2 gram IM dosis tunggal

d. Sefriakson 500 mg IM dosis tunggal

2. Pada masa nifas diberikan salah satu di bawah ini :

a. Siprofloksasin 1 gram oral dosis tunggal

b. Trimethoprim + Sulfamethoksazol (160 = 800 mg) 5 kaplet dosis tunggal

3. Konjungtivitis pada bayi diobati dengan Garamisin tetes mata 3x2 tetes dan diberikan salah satu antibiotika dibawah ini:

a. Ampisilin 50 mg/kg BB IM selama 7 hari

b. Amoksisilin = asam kalvulanat 50 mg/kg BB IM selama 7 hari

c. Sefriakson 50 mg/kg BB IM dosis tunggal

4. Lakukan konseling tentang penggunaan metode bariar dalam melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan resiko Pms terhadap ibu dan bayi (bila hamil)

5. Berikan pengobatan yang sama pada pasangannya

6. Buat jadwal kunjungan ulang dan pastikan pasien akan menyelesaikan pengobatan sampai tuntas

Referensi :

Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.

Behrman. Kliegman. Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics). EGC. Jakarta.

Depkes. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan Pengembangan Desa Siaga. Depkes. Jakarta.

Depkes RI. (2007) Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Pusat Promosi Kesehatan.

Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Depkes RI. (2006). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Depkes RI. (2006). Manajemen BBLR untuk Bidan. Depkes. Jakarta.

Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Pelatihan Konseling Pasca Keguguran. Depkes. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Standar Profesi Kebidanan. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Kompetensi Bidan Indonesia. Jakarta

Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI. Jakarta.

Depkes RI. (1999). Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas, Departemen kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Tim Penggerak PKK dan WHO. Jakarta.

Effendy Nasrul. (1998). Dasar – Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta.

International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi Dan Praktik Bidan;

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 741/MENKES/per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Tehnis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.

Konggres Obtetri dan Gynecologi Indonesia XII. (2003). Forum Dokter Bidan. Yogyakarta.

Markum. A.H. dkk. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta.

UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan

Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Neonatal Essensial. 2008.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.

Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.

Widyastuti, Endang. (2007). Modul Konseptual Frame work PWS-KIA Pemantauan dan Penelusuran Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Neonatal. Unicef.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar