Eny Retna Ambarwati
A. Definisi
Perilaku seks adalah segala bentuk aktivitas yang muncul berkaitan dengan dorongan seks, dengan atau tanpa melibatkan orang lain. Perilaku seks yang muncul akibat keterlibatan pasangan misalnya berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, petting dan hubungan seks. Perilaku seks yang muncul tanpa melibatkan pasangan adalah masturbasi (Kuswardani dan Risyanti, 2000)
Perilaku seks adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam mulai dari persaan tertarik sampai berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek seksualnya dapat orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri sebagai tingkah laku mereka tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak berakibat fatal dan sosial. Pada sebagai perilaku remaja, dampaknya bisa cukup serius seperti perasaan bersalah depresi (Widjanarko, 1999).
B. Perilaku seksual secara rinci berupa:
1. Berfantasi
Befantasi merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. Aktivitas seksual ini dapat berlanjut pada aktivitas seksual lainnya seperti masturbasi dan berciuman.
2. Berpegangan Tangan
Berpegangan tangan tidak terlalu menimbulkan rangsangan seks yang kuat. Namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya (hingga kepuasan seksual dapat tercapai) Wahyudi (2000).
3. Ciuman Kering
Ciuman kering adalah aktivitas seksual berupa sentuhan pipi dengan bibir. Dampaknya adalah dapat menimbulkan imajinasi atau fantasi yang disertai dengan meningkatnya keinginan untuk melakukan aktivitas seksual yang lain.
4. Ciuman Basah
Ciumana basah adalah aktivitas seksual yang berupa sentuhan bibir dengan bibir. Ciuman basah dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan mengakibatkan dorongan seksual hingga tak terkendali. Orang akan mudah melakukan aktivitas seksual selanjutnya tanpa disadari seperti petting bahkan senggama.
5. Meraba
Meraba merupakan aktivitas meraba bagian-bagian sensitif rangsang seksual, sepeti payudara, leher, paha atas, vagina, penis dan lain-lain. Aktivitas meraba dapat melemahkan kontrol diri sehingga dapat berlanjut ke aktivitas seksual lainnya seperti petting bahkan senggama.
6. Berpelukan
Berpelukan dapat menimbulkan perasaan tegang, aman dan nyaman disertai dengan rangsangan seksual terutama bila mengenai daerah sensitif.
7. Masturbasi
Masturbasi adalah usaha untuk merangsang bagian tubuh sendiri dengan tujuan mencapi kepuasan seksual. Pada laki-laki biasanya dengan merangsang alat genital, sedang pada perempuan lebih beragam biasanya dengan merangsang alat genital, payudara atau tubuh yang lainnya.
8. Petting
Istilah petting secara tradisional digunakan untuk menggambarkan usaha rangsangan bagian tubuh tertentu yang saling dilakukan oleh pasangan, namun tidak sampai pada hubungan seksual. Aktivitas yang termasuk didalamnya adalah ciuman bibir, rangsangan payudara, rangsangan alat genital manual Wahyudi (2000).
9. Intercourse
Intercourse atau hubungan seksual adalah masuknya penis ke vagina yang kemudia memberikan rangsangan sehingga mencapai orgasme.
10. Hubungan seks bebas
Pergaulan bebas merupakan cikal bakal dalam melakukan seks bebas dan menyimpang. Cinta dan seks merupakan masalah terbesar yang mengakibatkan kehamilan usia remaja, pengguguran kandungan, terputusnya sekolah, perkawinan usia remaja dan lain-lain (Gustina, 2005)
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks remaja yaitu :
1. Faktor Internal
a. Meningkatnya libido seksual
Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual yang membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu (Sarwono, 2004)
b. Perbedaan usia kematangan seksual
Menurut usia kematangan seksual terjadi karena membaiknya gizi sejak masa kanak-kanak dan meningkatnya informasi melalui media massa. Menurut L. Simkins di negara maju rata-rata usia menarche menurun 4 bulan 4 bulan tiap 4 bulan dan akan mencapai titik stabil pada usia 12 tahun 9 bulan. Menurunnya usia kematangan seksual ini akan ditakuti oleh aktivitas seksual pada usia dini ( Sarwono, 2004)
2. Faktor Eksternal
a. Keluarga
Orang tua, baik karena ketidak tahuannya maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan tentang seks dengan anak dan tidak terbuka, cenderung membuat jarak mengenai masalah seksualitas (Sarwono, 2004)
b. Pengetahuan dan sikap terhadap kesehatn reproduksi
Dengan pengetahuan dan informasi faktual yang benar remaja akan ternbantu mengambil sikap yang bertanggung jawab dan terbaik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksualitasnya.
c. Penyebaran rangsangan seksual melalui media massa
Penyebaran informasi dan rangsangan seksualitas melalui media massa serta adanya teknologi canggih menjadi tidak terbendung lagi (Sarwono, 2004).
d. Lingkungan pergaulan
Proses sosialisasi remaja di lingkungan utama yaitu lingkungan keluarga, lingkungan kampus dan lingkunagn masyarakat. Dimana kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja (Ali dan Asrosi, 2004). Remaja ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Maka lingkungan pergaulan yaang dimasuki remaja dapat berpengaruh untuk menekan remaja melakukan hubungan seks, karena keinginan untuk diterima oleh lingkungan pergaulan (Dianawati, 2003).
e. Norma kehidupan yang berkembang dan kontrol sosial di masyarakat
Terkait erat dengan pandangan atau nilai-nilai masyarakat terhadap seks. Makin permisif (serba boleh) nilai-nilai tersebut semakin besar kecendrungan remaja untuk melakukan hal-hal yang melibatkan mereka dalam hubungan fisik (Sarwono, 2004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar