Eny Retna Ambarwati
Infertilitas merupakan kekurangmampuan sepasang suami istri untuk mendapatkan keturunan walaupun sudah melakukan hubungan seksual secara teratur, tanpa kontrasepsi dan dalam periode satu tahun.1 Infertilitas terbagi menjadi infertilitas primer dan infertilitas sekunder.2 Jika istri belum pernah hamil sama sekali dan dialami sejak awal mereka menikah maka disebut infertilitas primer. Dan jika istri pernah hamil tapi tidak mengalami kehamilan lagi walaupun bersenggama secara teratur maka disebut infertilitas sekunder. Infertilitas sekunder dialami sepasang suami istri yang pernah mengalami proses pembuahan setelah menikah.
Steinberger dan sherins mengemukakan, pasangan masing-masing anggota pasangan mungkin tidak infertil kalau berpasangan dengan anggota lain. Dalam praktek, dapat dilihat, kalau pasangan infertil bercerai, masing - masing kawin lagi, kemudian mereka mendapat keturunan. Atau, istri yang menjadi hamil setelah inseminasi buatan dengan mani donor yang lebih baik dari pada mani suaminya. Jadi, setiap anggota pasangan infertil memiliki potensi fertilitas tertentu.
Etiologi
Faktor yang dapat menyebabkan infertilitas bisa dari faktor suami atau istri, ataupun keduanya. Suami 18,8%, istri 32%, keduanya 18.5%, penyebab yang belum diketahui 11,1% dan penyebab lainnya 5,6%. Faktor lain yang meningkatkan resiko infertilitas dapat berupa radang panggul, endometriosis, lingkungan/suasana, dan yang berhubungan dengan faktor racun yang berasal dari tembakau, ganja dan obat-obatan lainnya, gerakan badan, dan bertambahnya usia.3
Secara umum, penyebab infertilitas berhubungan dengan kondisi fisik, proses, dan waktu.4
1. Kondisi fisik
Kesuburan sangat ditentukan oleh kondisi fisik suami dan istri. Hal ini berhubungan dengan proses pembentukan serta kualitas sperma atau sel telur. Kualitas sperma dan sel telur dipengaruhi banyak faktor, diantaranya: umur, kelaianan genetika, penyakit tertentu.
2. Proses
Berhasil tidaknya proses kehamilan dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya: metode kontrasepsi (penggunaan kondom pada pria dan diafragma pada wanita tidak memungkinkan terjadinya kehamilan); beberapa kelainan anatomis, seperti kelainan pada rahim; gangguan ovulasi; kegagalan implantasi; endometriosis.
3. Waktu
pada wanita, sel telur hanya dihasilkan satu kali setiap bulannya, sehingga penting untuk mengetahui masa-masa subur.
Diagnosis
Diagnosis pada infertilitas meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis yang meliputi hal-hal tersebut diatas harus dilakukan oleh kedua pihak, baik suami maupun istri.
Pemeriksaan infertilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti berikut:2,5
1. Suhu basal badan
Siklus ovulasi dapat dikenali dari catatan suhu tubuh. Metode suhu basal badan berdasarkan peningkatan suhu tubuh sebagai peningkatan termal. Peningkatan suhu tubuh ini dilakukan oleh hormon progesteron, yang disekresi korpus luteum setelah ovulasi yang bersifat termogenik (memproduksi panas). Hormon ini dapat menaikan suhu tubuh dan mempertahankannya sampai saat haid berikutnya.
2. Uji lendir serviks
Pemeriksaan uji lendir serviks berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma.
3. Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina. Sitologi vagina hormonal menyelidiki sel-sel yang terlepas dari selaput lendir vagina, sebagai pengaruh hormon-hormon ovarium (estrogen dan progesteron).
4. Biopsi endometrium
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh progesteron terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hari sebelum haid. kontra indikasinya dapat berupa hamil, infeksi pelvik atau servitis akut/kronik. Biopsi endometrium dapat pula dilakukan untuk menilai fungsi ovarium.
5. Uji pasca senggama
Uji pasca senggama dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks.
6. Pertubasi
Pertubasi bertujuan untuk memeriksa patensi tuba dengan jalan meniupkan gas co2 melalui kanula atau kateter foley yang dipasang pada kanalis servikalis.
7. Histerosalpingografi
Tes awal untuk patensi tuba, dapat memperkirakan kelainan anatomi dan patologi pada genitalia interna dan mempunyai efek penyembuhan. Prinsip pemeriksaannya sama dengan pertubasi, hanya peniupan gas diganti dengan penyuntikan media kontras dan penilainnya dilakukan secara radiografik.
8. Laparoskopi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum. Sebaiknya laparoskopi dilaksanakan segera setelah ovulasi.Pada siklus haid yang tidak berovulasi (Amenore), laparoskopi dapat dilakukan setiap saat.
9. Histeroskopi
Histeroskopi adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah digelembungkan dengan media dekstran 32%, glukosa 5%, dan garam fisiologik. Histeroskopi tidak dilakukan kalau diduga terdapat infeksi akut rongga panggul, kehamilan, atau perdarahan banyak dari uterus.
Penanganan masalah infertilas1
Penanganan beberapa masalah infertilitas disesuaikan dengan etiologi yang menyebabkan infertilitas tersebut,seperti:
1. Air mani yang abnormal
Hal yang bisa dilakukan bagi pasangan dengan air mani abnormal adalah melakukan senggama berencana pada saat masa subur istri
2. Varikokel
Adanya varikokel disertai motilitas spermatozoa yang kurang disarankan untuk melakukan operasi. Kira - kira dua per tiga pria dengan varikokel yang dioperasi akan mengalami perbaikan motilitas spermatozoanya.
3. Sumbatan vas
Pria yang tersumbat yang akan mempertunjukan azoosperma, dengan besar testikel dan kadar FSH yang normal. Operasi vasoepididimostomi belum memuaskan hasilnya.
4. Infeksi
Antibiotika yang terbaik untuk infeksi menahun traktus genitalis adalah antibiotika yang terkumpul dalam traktus genitalis dengan jumlah besar, seperti eritromisin, dimetilklortetrasiklin, dan trimetoprimsulfametoksazol.
5. Defisiensi gonadotropin
Untuk mengobati infertilitas dengan akibat ini dapat diobati dengan gonadotropin.Hiperprolaktinemia pada laki-laki dapat menyebabkan impotensi, testikel yang mengecil, dan galaktoria. Segal et al. dan Saidi et al.,melaporkan kalau diobati dengan dopamin agonis 2-bromo-alfa-ergo-kriptin dapat memperbaiki spermatogenesisnya.
6. Mioma uteri
Mekanismenya, dapat dilakukan miomektomi tapi tidak selalu benih mioma uteri dapat dikeluarkan dengan pembedahan.
7. Masalah tuba yang tersumbat
Masalah tuba yang tersumbat dapat dilakukan dengan pembedahan. Indikasi dari pembedahan ini adalah tersumbatnya seluruh atau sebagian tuba. Tujuan dilakukan pembedahan ini adalah untuk memperbaiki dan mengembalikan anatomi tuba dan ovarium seperti semula. Saat yang paling tepat unuk melakukan pembedahan tuba adalah pada tengah fase proliferasi(fase regeneratif).
8. Endometriosis
Endometriosis dapat dilakukan terapi yang terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamilan sendiri, pengobatan hormonal, dan pembedahan konservatif.
9. Hormonal
Jika terjadi gangguan hormonal dapat dilakukan pengobatan sesuai dengan letaknya, misalnya, tingginya prolaktin dapat diatasi dengan bromokriptin atau pariodel
10. Idiopatik
Idiopatik merupakan istilah yang digunakan apabila semuanya baik, tapi pasangan tersebut belum juga hamil.Bagi pasangan idiopatik dianjurkan untuk selalu berusaha terus dan selalu berdoa pada allah SWT.
Kemajuan cara pengobatan infertilitas3
1. Superovulation dan intra uterine insemination:cara ini menggunakan hormon untuk menstimulasi proses ovulasi sel telur dan sperma di dalam uterus.
2. In Vitro fertilisasi: menggunakan hormon untuk menstimulasi proses ovulasi sel telur dan memperoleh sel telur. Fertilisasi dilakukan di laboratorium dan kemudian mentrasfer hasil embrio ke dalam uterus.
3. Gamet intrafallopian transfer: menggunakan peralatan yang disebut laparoskopi sebagai tempat fertilisasi sel telur dan sperma ke dalam tuba fallopi dengan cara membuat lubang kecil pada perut.
4. Zygote intrafallopian transfer: proses infertilisasi yang dilakukan di laboratorium dan kemudian menggunakan laparoskopi untuk mentransfer zigot ke dalam tuba fallopi.
Prognosis
Menurut Behrman dan Kistner cit Hanifa Wiknjosatro, prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri, dan lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi senggama dan lamanya perkawinan).
Daftar pustaka
[1] Hwang, Mi Young. “infertility option”.
URL:http://jama.ama-ssn.org/cgi/reprint/282.pdf
[2] Yunizaf, dkk. “kontrasepsi”, kapita selekta kedokteran, jilid I, edisi 3, cetakan ke-8. Jakarta:Media Aesculapius. 2007. hlm. 355
[3] Garcia, Jairo E. ”infertility”.
http://emedicine.com/med/topic3535.htm,last update: jan 23, 2006
[4] Idasyah. ”penyebab infertilitas pada suami dan istri”. http://idasyah.multiply.com/review/item/4,12 juli 2007
[5]Wiknjosastro, hanifa, dkk. “infertilitas”, ilmu kandungan edisi 2 cetakan ke-4. Jakarta:YBP-SP. 2005. hlm. 497 – 530
Tidak ada komentar:
Posting Komentar