Rabu, 24 Maret 2010

Andropause

Eny Retna Ambarwati

1. Pengertian
Andropause berasal dari 2 kata,yaitu andro dan pause. Andro berarti pria, sedangkan pause berarti penghentian/stop. Secara harfiah berarti stopnya hormon androgen/testosteron pada pria, sehingga timbul keluhan-keluhan yang khas. Keluhan-keluhan itu mirip pada wanita yang sudah menopause. Karena ilmu tentang andropause dan obat-obatannya juga masih baru maka kini muncul nama-nama atau istilah untuk menamakan penyakit yang pada intinya penurunan hormon pada "aging men''. . Andropause dapat diartikan sebagai perubahan akibat proses menua pada sistem reproduksi pria mungkin di dalamnya termasuk perubahan pada jaringan testis, produksi sperma dan fungsi ereksi.

2. Penyebab
Andropause disebabkan oleh menurunnya jumlah hormon seks tertentu dalam tubuh seiring proses penuaan, terutama testosteron. Mulai sekitar umur 30-an, kadar testosteron menurun sekitar 10% tiap 10 tahun. Pada saat yang sama, faktor lain dalam tubuh yang disebut globulin pengikat hormon seks (sex hormone binding globulin atau SHBG) meningkat. SHBG mengikat lebih banyak testosteron yang beredar dalam darah dan membuat testosteron tidak dapat mengeluarkan pengaruhnya pada jaringan-jaringan tubuh. Akibatnya testosteron bebas yang tersisa (bioavailable testosterone) semakin sedikit untuk menjalankan fungsi-fungsinya.

3. Gejala
Penurunan kadar testosteron pada akhirnya akan terjadi pada semua pria, dan belum ada cara untuk menduga siapakah yang akan mengalami gejala-gejala andropause cukup parah sehingga perlu bantuan. Juga tidak dapat diduga pada usia berapakah gejala-gejala tersebut akan muncul pada individu tertentu. Gejala-gejala yang dialami setiap pria dapat berbeda-beda. Adapun beberapa gejala-gejala khas andropause adalah:
a. Penurunan libido (gairah seksual) dan impotensi (gagal ereksi).
b. Perubahan suasana hati (mood), disertai penurunan aktivitas intelektual, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung.
c. Menurunnya kekuatan otot dan massa otot
d. Lemah dan kurang energi
e. Perubahan emosional, psikologis dan perilaku (misalnya depresi)
f. Berkeringat dan gejolak panas di sekitar leher (hot flash), yang terjadi secara bertahap
g. Pengecilan organ-organ seks dan kerontokan rambut di sekitar daerah kelamin dan ketiak
h. Peningkatan lemak di daerah perut dan atas tubuh
i. Risiko penyakit jantung
Telah lama diketahui bahwa risiko wanita terkena aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah) cenderung meningkat setelah menopause. Fenomena yang hampir sama juga terjadi pada pria karena kadar testosteronnya menurun sejalan dengan proses penuaan. Meskipun penelitian yang dilakukan belum selengkap seperti yang dilakukan pada wanita, tetapi temuan klinis menunjukkan adanya hubungan antara kadar testosteron rendah dan peningkatan faktor risiko penyakit jantung pada pria. Hubungan sebab-akibatnya masih belum diketahui pada percobaan klinis dalam jumlah kasus yang besar dan masih diperlukan penelitian klinis lanjutan pada kajian bidang ini.
j. Risiko osteoporosis .
Pada individu yang sehat, jaringan tulang secara konstan rusak dan dibentuk kembali. Pada pasien osteoporosis, pembentukan kembali jaringan tulang tidak secepat jaringan tulang yang rusak sehingga lebih banyak jaringan tulang yang rusak dibanding yang terbentuk kembali.
Pada pria, testosteron juga berperan untuk menjaga keseimbangan otot dan tulang. Dengan bertambahnya usia dan menurunnya kadar testosteron, kemampuan pembentukan kembali jaringan tulang semakin menurun sehingga pria akan menunjukkan pola yang mirip pada risiko osteoporosis. Sekitar 1 dari 8 pria di atas usia 50 tahun menderita osteoporosis.
Selain itu, antara usia 40-70 tahun densitas tulang pria menurun hingga 15%. Densitas tulang yang rendah menyebabkan risiko patah tulang lebih sering, dan disertai nyeri. Pergelangan, pinggang, tulang punggung, dan tulang rusuk adalah bagian yang paling sering berisiko patah. Kejadian patah tulang pinggang pada pria usia lanjut meningkat eksponensial, sama seperti yang terjadi pada wanita. Pada pasien osteoporosis, patah tulang pinggang dapat membahayakan jiwa atau dapat menyebabkan 1/3 pasien tidak dapat bergerak lagi seperti semula.

4. Pemeriksaan
Dahulu andropause sering kurang terdiagnosis karena gejala-gejalanya tidak jelas dan beragam antara satu pria dengan pria lain. Bahkan, beberapa pria sulit untuk mengakui bahwa mereka mengalami masalah. Sering para dokter tidak menduga kadar testosteron yang rendah sebagai penyebab masalah, sehingga faktor-faktor ini sering mengarahkan dokter untuk mengambil kesimpulan bahwa gejala-gejala itu berhubungan dengan keadaan penyakit lain (misalnya depresi) atau hanya berhubungan dengan penuaan, sehingga sering mendorong pasien untuk menerima kenyataan bahwa mereka tidak muda lagi.
Kini, penentuan diagnosis lebih mudah dilakukan dengan cara peneraan hormon steroid seks untuk memastikan gejala-gejala andropause. Pemeriksaan itu mencakup:
a. mengukur kadar testosteron bebas dalam darah, atau
b. menghitung indeks androgen bebas (free androgen index, FAI) = total testosteron x 100/SHBG
Kadar normal androgen Rata-rata Rentang
Testosteron bebas (pria) 700 ng/dL 300 – 1100 ng/dL
Testosteron bebas (wanita) 40 ng/dL 15 – 70 ng/dL
Indeks androgen bebas 70 – 100 %< 50% muncul gejala andropause

5. Pengobatan
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi andropause adalah pemberian hormon testosteron, yang lebih dikenal sebagai pengobatan sulih hormon (hormone replacement therapy, HRT) dengan testosteron. Seperti halnya pengobatan sulih hormon estrogen pada wanita menopause, sulih hormon testosteron pada pria andropause juga efektif dan bermanfaat, serta tidak menimbulkan rasa sakit. Namun pengobatan ini tidak diberikan kepada semua pria, karena pada pria dengan gejala-gejala andropause, mungkin juga mengidap masalah kesehatan lain yang dapat menimbulkan gejala-gejala tersebut.
Terdapat beberapa keadaan yang tidak mengizinkan pria andropause diberikan pengobatan sulih hormon, yaitu:
a. Kanker payudara (pada pria)
b. Kanker prostat
Pada beberapa kasus lain, pengobatan sulih hormon ini bahkan mungkin tidak tepat. Bilamana terdapat keadaan berikut ini, pengobatan sulih hormon testosteron perlu dipertimbangkan apakah akan menjadi pilihan terbaik.
a. Penyakit hati
b. Penyakit jantung atau pembuluh darah
c. Edema (pembengkakan muka, tangan, kaki, telapak kaki)
d. Pembesaran prostat
e. Penyakit ginjal
f. Diabetes mellitus (penyakit gula, kencing manis)
Pengobatan sulih hormon testosteron dapat berupa pil atau kapsul yang diminum, suntikan, implan (susuk dalam tubuh), krim dan patch (tempelan di kulit). Sebelum pemberian obat, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti kadar hormon masing-masing dalam tubuh, agar dokter dapat menentukan jenis pengobatan hormonal yang dibutuhkan, berikut dosisnya. Selama pengobatan, peran dokter sangat besar, karena pengobatan hormon sangat mungkin menimbulkan penyulit (komplikasi) yang merepotkan. Oleh karena itu, selama pengobatan periksa ke dokter secara teratur diperlukan untuk memantau perkembangan dan kesehatan Anda secara keseluruhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengobatan sulih hormon testosteron:
a. Pemeriksaan fisik lengkap. Pria usia lanjut harus mempunyai indikasi jelas untuk diberikan testosteron.
b. Pemeriksaan laboratorium untuk profil lemak darah, hemoglobin, dan kadar hormon.
c. Penderita hipogonadisme yang diduga disebabkan oleh kelainan pada hipofisis/hipotalamus harus diperiksa menyeluruh.
d. Pemeriksaan fungsi hati.
e. Pemeriksaan colok dubur dan antigen spesifik-prostat (prostate specific antigen , PSA).
f. Penderita dengan gejala gangguan saluran kemih bawah tidak boleh diberikan pengobatan sulih hormon testosteron
g. Kanker prostat merupakan kontraindikasi mutlak untuk pemberian testosteron.
h. Pemberian testosteron dianjurkan dalam bentuk ester injeksi, oral, atau tempelan di kulit.
i. Respons klinis merupakan petunjuk terbaik untuk menentukan dosis yang dibutuhkan.
Manfaat pengobatan sulih hormon testosteron.
Pengobatan ini bermanfaat untuk mengatasi gangguan fisik andropause akibat berkurangnya libido dan kemampuan ereksi. Dari beberapa kajian klinis pada pria dengan kadar testosteron rendah telah dilaporkan adanya tanggapan positif terhadap testosteron, yaitu;
a. Emosi dan rasa penghargaan diri membaik
b. Energi secara fisik dan mental meningkat
c. Kemarahan, mudah tersinggung, kesedihan, kelelahan dan rasa gugup berkurang
d. Kualitas tidur membaik
e. Libido dan kemampuan seksual meningkat
f. Massa tubuh meningkat, dan lemak berkurang
g. Kekuatan otot bertambah (genggaman tangan, ekstremitas atas dan bawah)
h. Penurunan risiko penyakit jantung.
Dengan pemberian testosteron diperoleh perubahan-perubahan berikut: perilaku membaik, harga diri dan percaya diri kembali, energi meningkat baik di rumah maupun di lingkungan sosial.
Banyak pria yang merasa lebih kuat, selain itu terjadi peningkatan pada emosi, konsentrasi, pengenalan, libido, kegiatan seksual, dan secara keseluruhan merasa baik. Pengaruh ini biasanya dirasakan dalam kurun 3-6 minggu.
Manfaat lainnya adalah menjaga atau meningkatkan densitas tulang, meningkatkan komposisi tubuh, massa dan kekuatan otot, serta meningkatkan daya penglihatan-ruang.


Keseimbangan hidup.
Seringkali sulit untuk menyadari bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada andropause berhubungan lebih dari sekedar keadaan eksternal karena semua itu terjadi ketika para pria mulai mempertanyakan nilai-nilai, pencapaian harapan dan tujuan hidupnya, atau yang juga dikenal sebagai krisis usia pertengahan. Krisis usia pertengahan dan andropause yang dialami para pria sering mempengaruhi aspek kejiwaan (psikis) nya, sehingga penanggulangannya perlu dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas hidup pasien agar dapat tetap melakukan hal yang bermanfaat dan menyenangkan. Pengobatan andropause harus mencakup aspek psikis dan fisik. Tanpa kombinasi keduanya, maka hasil pengobatan tidak akan optimal. Pendekatan spiritual dapat membantu seseorang menjadi lebih realistis menerima fakta kehidupan dan menganggap setiap kekurangan sebagai tantangan. Pada kasus-kasus tertentu seperti depresi berat atau yang menjurus pada gangguan jiwa diperlukan pertolongan ahli jiwa (psikolog) atau dokter spesialis jiwa (psikiater).Setiap kiat yang dijalankan untuk mengurangi gejala-gejala dan risiko andropause tersebut harus digabungkan dengan pendekatan gaya hidup yang baik seperti diet yang optimal, olahraga teratur, pengelolaan cekaman (stress) dan menghentikan minum alkohol dan merokok.

1 komentar:

  1. info bagus bu...kalo gagh sibuk mampir ke http://dokumenqu.blogspot.com

    BalasHapus