1. Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.
Semakin sering bayi menyusu, maka semakin banyak prolaktin yang dilepas oleh hipofise sehingga semakin banyak air susu yang diproduksi oleh sel kelenjar. Prolaktin terdiri dari protein yang sangat kompleks dan belum dapat dibuat secara sintesis. Oleh karena itu tindakan sering menyusui merupakan cara terbaik untuk mendapatkan air susu yang banyak.
2. Refleks Aliran (Let Down Reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin. Dimana setelah oksitosin dilepas kedalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu.
Dengan demikian, dengan sering menyusui sampai payudara terasa kosong sangat penting agar tidak terjadi pembendungan pada payudara. Pembendungan pada payudara akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit. Tidak jarang dapat menyebabkan payudara mudah terkena infeksi. Kadang – kadang tekanan akibat kontraksi otot – otot polos tersebut begitu kuat sehingga air susu menyembur keluar.
Oksitoksin juga mempengaruhi jaringan otot poos rahim berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding rahim dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, bayi setelah lahir harus segera disusukan pada ibunya. Dengan seringnya menyusui maka penciutan rahim akan semakin cepat dan semakin baik.
Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let-down adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi. Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu. Rasa kawatir dan rasa sakit yang dirasakan ibu dapat menghambat reflek tersebut. Diduga hal tersebut menyebabkan lepasnya adrenalin yang menghambat oksitoksin tidak dapat mencapai otot polos. Dengan demikian tidak ada rangsangan kontraksi dari otot polos.
3. Reflek menangkap (rooting reflek)
Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh kearah sentuhan, dan jika bibir disentuh, bayi akan membuka mulut dan berusaha mencari puting untuk menyusu.
4. Reflek menghisap
Reflek menghisap pada bayi akan timbul jika puting merangsang langit – langit (palatum) dalam mulutnya. Untuk dapat merangsang bagian langit – langit secara sempurna, sebagian besar areola harus tertangkap oleh mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada dibawah areola akan tertekan oleh gusi, lidah serta langit – langit sehingga air susu diperas secara sempurna ke dalam mulut bayi.
5. Reflek menelan
Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflek menelan dari bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan puting susu dan areola untuk mengisi rongga mulut. Oleh karena itu, sebagian besar areola harus ikut masuk ke dalam mulut. Lidah bayi akan menekan ASI keluar dari sinus laktiferus yang berada di bawah areola.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar